Photobucket

KEBANGKITAN generasi baru Islam dinanti...

Sunday, November 14, 2010

Dakwah itu Cinta


Memang seperti itu dakwah.
Dakwah adalah cinta...

Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
Sampai fikiranmumu... sampai perhatianmu...berjalan...duduk... dan tidurmu.

Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah...

Tentang umat yang kau cintai
...

Dakwah menyedut saripati tenagamu..
Sehingga ke tulang belulangmu.

Bahkan hingga ke daging terakhir yang menempel ditubuh rentamu.

Tubuh yang luluh lantak diseret-seret...

Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari...

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah.
Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah....

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz.

Dia memimpin hanya sebentar...
Tapi kaum muslimin sudah dibuat dalam kerahmatan..
Tidak ada lagi orang miskin yg meminta sedekah.
Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.

Terpanar membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja.


Tubuh yang segar bugar itu sampai lunyai.

Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal.
Adakah memang itu yang diharapkannya....

mati sebagai jiwa yang tenang.


Dan di ditemukan akhirat kelak, mungkin tubuh Umar Al-Khatthab juga dilihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak.

Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana.

Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legenda di sepanjang sejarah..

luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih...

yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat solat.


Dakwah bukannya tidak melelahkan...
Bukannya tidak membosankan...
Dakwah bukannya tidak menyakitkan...

Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.


Tidak…

Justeru kelelahan...

Justeru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya....
Setiap hari...


Satu kisah tragis, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.
Lantaran kerana rasa sakit itu selalu mereka rasakan...
selalu menemani…


Oleh kerana rasa sakit itu selalu mengintai ke manapun mereka pergi…

akhirnya menjadi adaptasi....

Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur...

pada akhirnya salah satunya harus mengalah...

Rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman...
Lalu terus berkobar dalam dada...
Begitu pula rasa sakit,
hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka...
Hingga hasrat untuk mengeluh tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik...

Begitupun Umar.
Saat Rasulullah wafat, ia histeria!.

Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk...

Bukannya tidak cinta pada abu Bakar....
Tapi seringnya “ditinggalkan”...

dan hal itu sudah menjadi kewajaran.


Bagaikan tonik bagi iman..

Kerana itu kamu tahu.

Pejuang yang heboh ria memperkayakan amalannya adalah mujahid yang telah berjaya.

Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu.
Kerana mereka jarang disakiti di jalan Allah...

Kerana tidak setiap saat mereka memproduksikan karya-karya besar.

Maka setiap kali hal itu mereka kerjakan...

setiap kali hal itu mereka rasakan...

mereka merasa menjadi orang besar.

Dan mereka menjadi tumpuan untuk didoakan mewarisi para mujahid sejati..


“Ya Allah, berilah Kami petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang… “


Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh.
Jasadnya di koyak beban dakwah.
Tapi iman di hatinya memancarkan cinta…
Mengajak kita untuk terus berlari…!


Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.

Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.

Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.

Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.

Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.


Kalau iman dan syaitan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Pastikan iman mu memenangi pertempuran itu...

Saturday, November 13, 2010

....

Tuhanku ampunkanlah segala dosaku
Tuhanku maafkanlah kejahilan hambaMu

Ku sering melanggar laranganMu
Dalam sedar ataupun tidak
Ku sering meninggalkan suruhanMu
Walau sedar aku milikMu

Bilakah diri ini kan kembali
Kepada fitrah sebenar
Pagi ku ingat petang ku alpa
Begitulah silih berganti

Oh Tuhanku Kau pimpinlah diri ini
Yang mendamba cintaMu
Aku lemah aku jahil
Tanpa pimpinan dariMu

Ku sering berjanji depanMu
Sering jua ku memungkiri
Ku pernah menangis keranaMu
Kemudian ketawa semula

Kau Pengasih Kau Penyayang Kau Pengampun
Kepada hamba-hambaMu
Selangkah ku kepadaMu
Seribu langkah Kau pada ku

Tuhan diri ini tidak layak ke syurga Mu
Tapi tidak pula aku sanggup ke neraka Mu

Ku takut kepadaMu
Ku harap jua padaMu
Moga ku kan selamat dunia akhirat
Seperti rasul dan sahabat


Teduduk... lesu... Tangisan itu kembali bergema... Esakan yang semakin kuat... membasahi hamparan sujud, bagaikan tiada lagi tempat untuk berpaut. Butiran tasbih semakin kuat digenggam, di bilang satu per satu... Sambil lisannya menguntaikan lafaz "laa ilaaha illaAllah"... Dari satu kalimah ke satu kalimah. Entah mengapa setiap lafaz kalimah yang ditutur terasa begitu meruntun hati menjadikan titisan-titisan itu semakin laju mencurah-curah membasahi pipi...Terasa diri begitu kerdil di hadapan Allah... Diselubungi rasa bersalah yang teramat, menghadap Ilahi dengan hati yang kotor... Dicemari titik-titik hitam lantaran dosa-dosa yang tidak pernah putus....penuh...

Ya Allah, Engkau ambillah kembali apa yang telah Kau berikan padaku. Aku gagal Ya Allah... aku gagal memelihara amanahMu sebaiknya... aku telah mengkhianati amanah yang telah Kau berikan padaku. Maka malam ini, aku hadir di hadapanMu untuk memulangkannya kembali kepadaMu... Engkau adalah sebaik-baik Pemelihara. Kau ambillah ia kembali Ya Allah... Kau campakkanlah ia ke lautMu yang paling dalam, yang tidak akan ada sesiapa pun yang dapat menemuinya melainkan ia hanya dalam pengetahuanMu... agar ia akan terus kekal menjadi milik mutlakMu.

Ya Allah, imanku ada ketikanya terasa begitu kuat dan ada ketikanya terasa begitu lemah. Dan malam ini, aku merasakan imanku semakin lemah... Aku lemah Ya Allah... Aku takut aku sudah tidak mampu lagi untuk meneruskan perjalananku dengan baki kekuatan yang masih ada. Maka berikanlah aku kekuatan Ya Allah... hanya Engkau sahaja yang dapat membantuku. Aku lebih rela ditinggalkan seluruh makhlukMu asalkan Engkau tidak meninggalkan aku, sentiasa di sisiku, menemaniku.... Kau jadikanlah aku hambaMu yang taat akan segala perintah dan laranganMu serta anak yang soleh. Kau pimpinlah aku Ya Allah, kerana hanya padaMu tempat aku bergantung...ameen

Mereka yang paling kuat di sisi manusia adalah mereka yang paling lemah di hadapan Allah...

Sunday, November 7, 2010

Dzulhijjah...Ke Arah Memastikan Kelangsungan Momentum Ramadhan

Dzulhijjah merupakan bulan yang ke-12 di dalam kalendar Hijrah berdasarkan hisab Qamariyyah. Ia adalah bulan penutup kepada tahun Hijrah sebelum memasuki tahun Hijrah yang baru. Dzulhijjah adalah masa terbaik untuk membuat check list amalan setelah 2 bulan berlalunya pesta ibadah iaitu Ramadhan. Ia adlah masa terbaik untuk menilai sejauh mana madrasah tarbiyyah yang telah dilalui selama sebulan di bulan Ramadhan benar-benar memberi kesan atau sekadar menjadi satu pesta tahunan. Adakah amalan yang dilakukan sepanjang Ramadhan masih diteruskan sehingga hari ini? Atau, adakah hari ini kita telah kembali ke tangkuk yang lama seperti sebelumnya? Tiada lagi Qiamullail, tiada lagi solat berjemaah di masjid, tiada lagi tadarus Al-Quran.

Buat mereka yang mungkin telah terlepas peluang keemasan yang ditawarkan oleh Allah di bulan Ramadhan, juga buat mereka yang merindui ruh ibadah seperti bulan Ramadhan, jangan lah bersedih kerana sesungguhny Allah kembali membuka seluas-luasnya pintu kerahmatan di bulan Dzulhijjah bermula pada hari ini sehingga kemuncaknya pada 9 Dzulhijjah. Ini berdasarkan hadith Nabi saw yang bermaksud:

Daripada Ibnu Abbas r.a, Rasulullah saw besabda: " Tidak ada hari yang amal soleh padanya lebih dikasihi Allah selain daripada hari-hari sepuluh ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah)." Para sahabat bertanya: Walaupun berjihad di jalan Allah? Rasulullah saw bersabda: "Walaupun berjihad di jalan Allah, kecuali lelaki yang keluar berjihad membawa diri serta hartanya dan tidak kembali lagi selepas itu (syahid)." (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi)

Kelebihan sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah ini telah ditulis di dalam rislah asal yang bertajuk Fadl Ayyam 'Asyr Dzulhijjah.

Kelebihan sepuluh hari awal Dzulhijjah

الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على سيد المرسلين ..... وبعد:

Di antara kelebihan dan kurniaan Allah untuk hamba-Nya ialah dijadikan bagi mereka beberapa musim untuk memperbanyakkan amal ibadat dengan dijanjikan pahala yang berganda banyaknya. Salah satunya ialah:

Sepuluh hari yang terawal pada bulan Zul-Hijjah.

Beberapa dalil dari Al-Quran dan Hadis telah menyebut tentang kelebihannya:

Firman Allah I:

وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ (سورة الفجر: 1-2

"Dan demi waktu fajar, dan malam yang sepuluh itu." (Al-Fajr:1-2)

Yang dimaksudkan di sini ialah sepuluh malam yang pertama pada bulan Zul-Hijjah. Demikian juga tafsiran Ibnu Abbas, Ibnu Az-Zubair, Mujahid dan lainnya. (Di riwayatkan oleh Imam Bukhari).

2. Dari Ibnu Abbas r.a, Rasulullah saw telah bersabda:

( ما من أيام, العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر). قالوا: ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال : (ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك بشيء ).

[رواه البخاري 969، وأحمد 1968، والترمذي 757، واللفظ له].

Maksudnya: “Tidak ada hari yang amal soleh padanya lebih dikasihi Allah selain dari hari-hari yang sepuluh ini.” Para sahabat bertanya: Walaupun berjihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda: “Walaupun berjihad di jalan Allah, kecuali lelaki yang keluar (berjihad) membawa diri serta hartanya dan tidak kembali lagi selepas itu (syahid).”(H.R: Al-Bukhari, Ahmad, At-Tirmizi).

3. Firman Allah I:

}وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ{ [سورة الحج: 28]

Maksudnya: "Hendaklah kamu menyebut nama Allah pada hari-hari yang ditentukan." (Al-Haj:28)

Kata Ibnu Abbas : Maksudnya ialah hari-hari yang sepuluh itu.

4. Dari Ibnu Umar r.a, Rasulullah saw bersabda:

(ما من أيام أعظم عند الله، ولا أحب إليه العمل فيهن من هذه الأيام العشر، فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد)

[رواه أحمد 5446-صحيح]

Maksudnya: “Tidak ada hari yang lebih besar di sisi Allah dan beramal padanya lebih dikasihi oleh Allah dari hari-hari yang sepuluh ini. Maka perbanyakkanlah padanya bertahlil, bertakbir dan bertahmid.”

5. Adalah Said bin Jubir (perawi yang meriwayatkan Hadis Ibnu Abbas di atas) apabila tiba hari yang tersebut beliau beribadah bersungguh-sungguh sedaya-upayanya. (Riwayat Ad-Darimi- Hasan).

6. Kata Al-Hafiz Ibnu Hajar: Yang jelasnya, di antara sebab keistimewaan sepuluh hari Zul-Hijjah ini ialah kerana terhimpun di dalamnya beberapa ibadat yang besar iaitu: solat, puasa, sedekah dan Haji. Pada waktu lain, ibadat-ibadat ini tidak pernah terhimpun sebegitu.


AMALAN-AMALAN YANG BAIK DILAKUKAN PADA HARI-HARI TERSEBUT:

1. SOLAT

Disunatkan keluar cepat menuju ke tempat solat fardhu (berjemaah) dan memperbanyakkan solat sunat kerana ianya sebaik-baik amalan.

Thauban berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda (maksudnya): “Hendaklah kamu memperbanyakkan sujud kepada Allah, kerana setiap kali kamu sujud kepada-Nya, Allah akan angkatkan darjatmu kepada-Nya dan dihapuskan kesalahanmu.” (H.R Muslim.)
Ini umum untuk semua waktu.

2. PUASA

Dari Hunaidah bin Khalid, dari isterinya, dari setengah isteri-isteri Rasulullah saw berkata: "Rasulullah saw berpuasa pada hari sembilan Zul-Hijjah, pada hari Asyura (10 Muharram) dan tiga hari pada setiap bulan." (H.R Imam Ahmad, Abu Daud dan Nasa’ei).

Kata Imam An-Nawawi: Berpuasa pada hari-hari sepuluh adalah sunat yang sangat digalakkan.

Di dalam hadith yang lain pula Raslullah saw bersabda: "...Sesiapa yang berpuasa pada salah satu daripada hari-hari tersebut (10 hari pertama Dzulhijjah) adalah seumpama berpuasa sepanjang tahun, beribadaha pada salah satu daripada malam-malam tersebut adalah seumpama beribadah di malam Lailatulqadr." (Riwayat At-Tirmidzi)

Berdasarkan hadith ini, malam-malam di 10 hari pertama Dzulhijjah adalah masa terbaik bagi umat Islam untuk kembali bermujahadah melaksanakan Qiamullail bagi meraikan tawaran kedua dari Allah selepas berlalunya Ramadhan. Selain itu, amat digalakkan untuk berpuasa terus bermula dari 1 Dzulhijjah hingga 9 Dzulhijjah, namun bagi yang tidak mampu adalah lebih afdhal untuk berpuasa pada 9 Dzulhijjah yang dianggap sebagai hari kemuncak kerana fadhilatnya yang lebih besar.


3. TAKBIR, TAHLIL dan TAHMID

Ini kerana hadis Ibnu Umar yang di atas mengatakan: “Maka perbanyakkanlah padanya bertahlil (mengucapkan La-ilaha-illaLlah), bertakbir (mengucapkan Allahu-Akbar) dan bertahmid (mengucapkan Alhamdulillah).”

Kata Imam Bukhari: "Ibnu Umar dan Abu Hurairah r.a menuju ke pasar pada hari-hari sepuluh dan bertakbir. Orang ramai yang mendengarnya kemudian turut bertakbir sama."

Katanya lagi: "Ibnu Umar sewaktu berada di dalam khemahnya di Mina bertakbir, apabila orang ramai yang berada di masjid dan pasar mendengarnya, mereka turut bertakbir sama sehingga Mina riuh dengan suara takbir."

Ibnu Umar r.a bertakbir di Mina pada hari-hari tersebut selepas mengerjakan solat, pada waktu rehat, di dalam majlis dan di semua tempat. Maka sunat mengangkat suara sewaktu bertakbir berdasarkan perbuatan Sayyidina Umar, anaknya dan Abu Hurairah r.a.

Antara lafaz-lafaz takbir yang diriwayatkan oleh para sahabat dan tabiin:

الله أَكْبَر. الله أكْبَر. الله أكْبَر كَبِيْراً.

الله أكْبَر. الله أكْبَر. لا إِلهَ إِلا الله وَالله أكْبَر.

الله أكْبَر. وَلِلّهِ الْحَمْد.

الله أكْبَر. الله أكْبَر. الله أكْبَر. لا إِلهَ إلا الله وَالله أكْبَر.

الله أكْبَر. الله أكْبَر . وَلله الْحَمْد.

4. PUASA PADA HARI ARAFAH

Hendaklah berpuasa bagi sesiapa yang mampu pada hari Arafah (9 Zul-Hijjah) kerana amalan ini telah sabit dari Rasulullah r. Baginda telah bersabda mengenai kelebihannya.

(أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والسنة التي بعده)

[رواه مسلم]

Maksudnya: “Aku mengharapkan Allah menghapuskan kesalahan setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (H.R Muslim).

Antara hadith lain, Habsah pernah berkata bahawa Nabi Muhammad s.a.w tidak pernah meninggalkan pusa 9 Dzulhijjah, bahkan baginda pernah menyebut: "Tidak ada hari yang paling mulia yang dituntut umatku berpuasa melainkan puasa bulan Ramadhan dan puasa pada 9 Dzulhijjah."

Jumhur ulama mengatakan bahawa adalah mustahab berpuasa bagi mereka yang bukan jemaah Haji dan tidak digalakkan bagi mereka yang sedang menunaikan haji berdasarkan kepada hadith dari Umm Fadhil (isteri al-Abbas):

أنهم شكوا في صوم النبي صلى الله عليه وسلم يوم عرفة، فأرسلت إليه بلبن، فشرب، وهو يخطب الناس بعرفة

Maksudnya; "Bahawa mereka ragu akan puasa Nabi saw pada hari Arafah, maka dikirim kepada baginda susu lalu (baginda) meminumnya, dan beliau sedang berkhutbah di Arafah" - (Hadith riwayat Muttafaqun 'alaih)

Ia menunjukkan tidak disukai (tidak digalakkan) berpuasa bagi mereka yang berwuquf disaat yang agung ini, dan hikmah tidak berpuasa kerana kemungkinan akan melemahkan mereka dari melakukan zikir dan do'a, dan melakukan amalan-amalan haji.

5. KELEBIHAN HARI RAYA KORBAN (YAUM AN-NAHR), 10 ZUL-HIJJAH.

Kebanyakan orang Islam telah lupa akan kelebihan hari ini. Kebesaran dan kelebihan perhimpunan umat Islam yang begitu ramai dari seluruh pelusuk dunia. Sesetengah ulama’ berpendapat hari ini ialah hari yang paling afdhal didalam setahun sehingga melebihi hari Arafah. Kata Ibnu Al-Qayyim: "Sebaik-baik hari di sisi Allah ialah hari Nahr, iaitu hari Haji yang besar (Hajj Al-Akbar)" seperti yang tersebut di dalam Sunan Abi Daud [No.1765],

Antara hadith Rasulullah saw yang bermaksud: “Sesungguhnya hari yang paling besar di sisi Allah ialah hari Nahr, kemudian hari Qar”. (Hari Qar ialah hari yang para jamaah haji mabit (bermalam) di Mina iaitu hari kesebelas Zul-Hijjah).

Setengah ulama' lain pula berpendapat hari Arafah lebih afdhal kerana berpuasa pada hari itu mengampunkan dua tahun kesalahan, tidak ada hari lain yang Allah merdekakan hamba-Nya lebih ramai dari hari Arafah dan pada hari itu juga Allah I turun menghampiri hamba-Nya dan berbangga kepada malaikat dengan hamba-Nya yang berwukuf pada hari tersebut.

Yang lebih tepatnya ialah pendapat yang pertama (Hari Nahr), kerana hadith telah jelas menyebutkan kelebihannya dan tidak ada yang menyalahinya.

Samada hari Nahr atau hari Arafah yang lebih utama, hendaklah setiap muslim, yang bermukim atau yang mengerjakan haji mengambil peluang ini dengan sepenuhnya untuk mendapatkan kelebihan beribadat pada keduanya.

6. SEDEKAH

Amatlah digalakkan bagi umat Islam untuk menggandakan amalan bersedekah lebih daripada biasa berdasarkan fadhilat 10 awal Dzulhijjah secara umum, di mana setiap amalan kebajikan akan digandakan ganjarannya.

CARA MENYAMBUT MUSIM KEBAJIKAN:

1. Setiap muslim hendaklah menyambut kedatangan musim kebajikan umumnya dengan bertaubat yang sebenar-benarnya, meninggalkan segala dosa dan maksiat kerana dosalah yang menyekat manusia dari kebaikan dan menjauhkannya dari Tuhannya.

2. Menanam semangat dan azam yang kuat untuk mendapatkan keredhaan Allah swt.

Firman Allah yang bermaksud: "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keredhaan) Kami, nescaya Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama mereka yang berbuat baik." (Al-Ankabut: 69).

Terdapat juga riwayat-riwayat yang lain menceritakan tentang kelebihan 10 hari awal Dzulhijjah antaranya:-

Nabi SAW bersadba:

“Tidak ada amalan yang lebih suci di sisi Allah dan tidak ada yang lebih besar pahalanya daripada kebaikan yang dia kerjakan pada sepuluh hari al-Adha (Dzul Hijjah). (Hadith riwayat Darimi 1/358 dengan sanad yang hasan, sebagaimana dijelaskan dalam al-irwa’ 3/398 oleh al-Albani).

Ibnu Rajab mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa beramal pada sepuluh hari bulan Dzul Hijjah lebih dicintai di sisi Allah daripada beramal pada hari-hari yang lain tanpa pengecualian. Apabila beramal pada hari-hari itu lebih dicintai Allah maka hal itu lebih utama di sisiNya”. (Lathaiful Ma’arif 458)

Abu Utsman al-Hindi (Lihat biografinya dalam Tahdzibut Tahdzib 6/249 oleh Ibnu Hajar) berkata: “Para salaf mengagungkan tiga waktu dari sepuluh hari yang utama. Sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama pada bulan Dzul Hijjah, dan sepuluh hari pertama bulan Muharram”. (Lathaiful Maarif 39).

Bahkan Said bin Jubair apabila telah masuk sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah beliau sangat bersungguh-sungguh dalam beramal, sampai tidak ada yang dapat menandinginya. (al-Irwa 3/398).

Sebahagian dari artikel ini telah diambil dan diolah dari risalah asal bertajuk Fadl Ayyam Asyr Zul-Hijjah, terbitan Dar Al-Watan, Riyadh dan telah disemak oleh: Sheikh Abdullah bin Abdur Rahman Al-Jibrin. Dialih bahasa oleh: Abu Anas Madani (Dr Abdul Basit Abd Rahman)

Saturday, November 6, 2010

Hari 'Arafah...Kisah Cinta yang Diabadikan Allah

'Arafah berasal dari perkataan arab, 'arafa yang bermaksud kenal. Hari 'Arafah boleh diertikan sebagai hari perkenalan atau ta'aruf. Hari 'Arafah lebih signifikan buat para jemaah haji kerana ia melibatkan rukun haji yang kedua iaitu wuquf di 'Arafah. Wuquf di 'Arafah bermaksud berhenti seketika di 'Arafah antara waktu Zuhur 9 Dzulhijjah hingga terbit fajar hari Nahr iaitu 10 Dzulhijjah. 'Arafah adalah sebuah padang yang terletak di luar Tanah Haram dan jauhnya dari Mekah lebih kurang 12 batu atau 18 kilometer. Masa yang terbaik untuk berwuquf adalah antara sebahagian dari hari kesembilan hingga sebahagian malam kesepuluh Dzulhijjah sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi s.a.w yang bermaksud : "Barangsiapa yang berada di 'Arafah sebelum terbit fajar pada hari yang kesepluh Dzulhijjah, maka dapatlah haji itu."


Kisah Cinta yang Diabadikan Allah


9 Dzulhijjah dinamakan sebagai hari 'Arafah sebagai simblik kepada tarikh Nabi Adam a.s. 'diperkenalkan' (dipertemukan) semula dengan Siti Hawa a.s. setelah terpisah selama dua ratus tahun. Pertemuan tersebut berlaku di tempat yang bernama Jabal (bukit) Rahmah. Tarikh ini juga menjadi saksi pertemuan antara Nabi Ibrahim a.s. dengan anaknya Nabi Ismail a.s. dan isterinya Siti Hajar setelah kedua mereka ditinggalkan di tengah-tengah padang pasir sehinggalah anaknya Ismail meningkat dewasa.

Jabal (bukit) Rahmah, dipuncak bukit inilah Nabi Adam a.s detemukan semula dengan isterinya Siti Hawa a.s setelah dipisahkan selama 200 tahun


Dua kisah cinta yang digabungkan pada satu tarikh, diabadikan oleh Ilahi sebagai pedoman buat seluruh umat Islam. Kisah ini sememangnya jauh lebih tragis dari cerita-cerita cinta yang sering diagung-agungkan masyarakat kini. Namun, masyarakat Islam hari ini lebih mengingati tanggal 14 Februari yang dianggap sebagai Hari Kekasih berbanding tanggal 9 Dzulhijjah yang sebenarnya jauh lebih layak untuk digelarkan sebagai Hari Kekasih buat seluruh umat Islam. Bukan sekadar pengabadian kepada sebuah kisah cinta, pada tarikh ini juga Allah menawarkan 'mega sale' buat seluruh hamba-hambanya bermula seawal 1 Dzulhijjah sehingga hari ke-9 Dzulhijjah yang boleh dianggap sebagai hari kemuncak. Namun, berapa ramaikah di antara kita hari ini yang mengamati ruh di sebalik Hari 'Arafah?

Berbalik kepada sirah, terdapat 2 peristiwa besar yang telah diabadikan Allah pada tarikh ini. Kedua-duanya melibatkan kisah cinta antara dua pasangan suami isteri yang menggambarkan kesetiaan antara suami dan isteri dalam perjalanan mengejar redha Ilahi. Daripada kedua-dua kisah ini, saya ingin lebih menumpukan pada kisah pertama melibatkan pertemuan antara Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa a.s memandangkan peristiwa yang berlaku sebelumnya cukup signifikan sebagai suatu peringatan yang cukup jelas buat seluruh umat Islam.

Merujuk kepada analogi peristiwa yang telah diabadikan oleh Allah di dalam surah Al-A'raf bermula dari ayat 10 hingga ayat 25 diikuti dengan ayat-ayat yang seterusnya berupa peringatan khusus dari Allah buat seluruh anak cucu keturunan Nabi Adam. Antara surah yang paling meruntun hati dan seringkali saya bacakan setiap kali mengimami solat fardhu sebagai peringatan untuk diri sendiri dan buat semua makmum yang sama-sama mengikuti solat di sisi saya dengan harapan agar ruh Al-A'raf mengalir ke dalam jiwa-jiwa mereka. Al-A'raf mengingatkan kita pada sumpahan iblis di hadapan Allah untuk menggoda setiap keturunan Nabi Adam a.s. selain turut mengabadikan kejayaan iblis yang pertama sehingga membawa kepada pengusiran Nabi Adam a.s. dan isterinya Siti Hawa dari syurga.

Hari 'Arafah seharusnya menjadi hari peringatan buat semua umat Islam akan musuh sebenar mereka, iaitu iblis yang tidak pernah berputus asa untuk menghasut anak cucu keturunan Nabi Adam a.s. seperti mana yang telah dirakamkan di dalam Al-Quran yang bermaksud:

"Iblis berkata, kerana Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalanMu yang lurus. Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari hadapan, dari belakang, dari kiri dan dari kanan mereka, dan Engkau tidak aka mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (Allah) berfirman, keluarlah kamu dari sana (syurga) dalam keadaan terhina dan terusir! Seungguhnya barangsiapa di antara mereka yang mengikutimu, pasti akan Aku isi neraka Jahannam dengan kamu semua." (Al-A'raf:16-18)

Dialog ini turut dirakamkan di dalam surah yang lain yang bermaksud:

"Ia (iblis) berkata: Tuhanku, oleh kerana Engkau telah memutuskan bahawa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi dan aku akan menyesatkan bagi mereka kesemuanya. Kecuali hamba-hambaMu di antara mereka yang ikhlas." (Al-Hijr:39-40)

Oleh kerana itu, Hari 'Arafah adalah hari yang terbaik bagi umat Islam untk bermuhasabah diri, menganalisa kembali amalan-amalan yang telah dilakukan, apakah mungkin kita tergolong di kalangan orang-orang yang telah terperangkap dengan tipu daya iblis? Atau, adakah kita sudah tergolong di kalangan hamba-hambaNya yang ikhlas? Yang telah disebut oleh iblis sebagai orang yang selamat dari tipu helahnya.

'Mega sale' dari Allah di Hari 'Arafah

Menyelami ruh Hari 'Arafah buat mereka yang tidak pergi menunaikan haji. Berikut adalah keistimewaan Hari 'Arafah berdasarkan kepada hadith-hadith Nabi s.a.w:-

1. Hari Maghfirah ( keampunan)

Bagi mereka yang tidak menunaikan haji, adalah sangat dituntut untuk berpuasa di Hari 'Arafah berdasarkan kepada hadith Nabi s.a.w, "Daripada Abi Qatadah al-Ansari bahawa Rasulullah S.A.W telah ditanya mengenai puasa hari Arafah? maka jawab Rasulullah S.A.W yang bermaksud : Dikaffarah(ampun dosa) setahun lalu dan setahun akan datang."

Di dalam riwayat lain Nabi s.a.w bersabda:

صيام يوم عرفة إني أحتسب على الله تعالى أن يُكفِّر السنة التي بعده والسنة التي قبله

"Puasa hari Arafah, sesunguhnya aku berharap Allah swt agar menghapuskan dosa setahun yang lepasnya dan tahun yang sebelumnya" - [Hadith riwayat Tirmudzi].

Antara hadith lain, Habsah pernah berkata bahawa Nabi Muhammad s.a.w tidak pernah meninggalkan pusa 9 Dzulhijjah, bahkan baginda pernah menyebut: "Tidak ada hari yang paling mulia yang dituntut umatku berpuasa melainkan puasa bulan Ramadhan dan puasa pada 9 Dzulhijjah."

Jumhur ulama mengatakan bahawa adalah mustahab berpuasa bagi mereka yang bukan jemaah Haji dan tidak digalakkan bagi mereka yang sedang menunaikan haji berdasarkan kepada hadith dari Umm Fadhil (isteri al-Abbas):

أنهم شكوا في صوم النبي صلى الله عليه وسلم يوم عرفة، فأرسلت إليه بلبن، فشرب، وهو يخطب الناس بعرفة

Maksudnya;
"Bahawa mereka ragu akan puasa Nabi saw pada hari Arafah, maka dikirim kepada baginda susu lalu (baginda) meminumnya, dan beliau sedang berkhutbah di Arafah" - (Hadith riwayat Muttafaqun 'alaih)

Ia menunjukkan tidak disukai (tidak digalakkan) berpuasa bagi mereka yang berwuquf disaat yang agung ini, dan hikmah tidak berpuasa kerana kemungkinan akan melemahkan mereka dari melakukan zikir dan do'a, dan melakukan amalan-amalan haji.

2. Musatajab do'a

Daripada Sayyidatina 'Aisyah bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: "Tiada daripada hari yang lebih ramai dibebaskan Allah hamba-hambaNya dari api neraka melainkan pada Hari 'Arafah, dan sesungguhnya Dia mengasihani dan bangga di hadapan malaikat sambil bertanya: Apakah yang dikehendaki oleh mereka itu?"
(Hadith riwayat Muslim, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Darqatni, Hakim dan Al-Baihaqi)

Allah mendengar doa hamba-hambaNya dan memakbulkan doa-doa mereka yang memuliakan hari 'Arafah. Oleh itu, mintalah apa sahaja daripada Allah.


3. Terlepas daripada seksaan neraka

Daripada Jabir bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: "Apabila tiba Hari 'Arafah maka sesungguhnya Allah telah memuji dengan para malaikat dan berfirman: "Lihatlah kepada hamba-hambaKu yang telah datang kepadaKu dengan berdebu dalam keadaan berduyun-duyun daripada setiap pelusuk, Aku bersaksi di hadapa kamu (malaikat) bahawa Aku telah mengampuni mereka." Maka kata malikat: Sesungguhnya ada di kalangan mereka yang telah pun baligh. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka." Sabda Rasulullah s.a.w: "Maka tiada daripada hari lebih ramai orang yang bebas daripada neraka daripada Hari 'Arafah."
(Hadith riwayat Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi)


4. Turunnya rahmat Allah

Nabi s.a.w pernah menyatakan, hari 'Arafah adlah hari yang palig dibenci oleh syaitan. Syaitan-syaita akan menjadi lemah kerana besar dan luasnya rahmat yang Allah turunkan untuk sekalian ahmba-hambaNya yang beramal soleh.
Hari dibukanya pintu langit, dilimpahkan kerahmatan, dan dibukanya pintu penerimaan yang seluas-luasnya oleh Allah untuk hambaNya. Tidak ada hari yang lebih banyak rahmat dan berkat, lebih terang cahayanya serta lebih luas penerimaan dari Allah selain dari hari itu. Tidak ada waktu syaitan menjadi terlebih keji, terlampau hina, tersangat kecewa dari hari-hari tersebut kerana kurniaan yang sangat agung dari Allah Ta'ala terhadap hambaNya.

Demikianlah, besarnya makna 9 Dzulhijjah buat hamba-hamba Allah yang benar-benar menghayatinya. Sebuah kisah cinta dua insan yang diabadikan oleh Allah dan di hari itu juga Dia hadir untuk melimpahkan cintaNya buat seluruh hamba-hambaNya sama ada yang pergi menunaikan haji atau pun tidak. Namun, kebanyakan daripada kita hanya melihat hari 'Arafah sebagai ahri yang hanya signifkan buat jemaah haji semata-mata tanpa cuba untuk menyelami ruh haji bagi yang tidak perhi menunaikan haji. Semoga kita termasuk ke dalam golongan mereka yang berlumba-lumba melakukan amal kebajikan.

Sama-samalah kita bermujahadah mendapatkan kelebihan hari 'Arafah pada 9 Dzulhijjah bersamaan hari Selasa, 16 November 2010. Mudah-mudahan kita tergolog di kalangan orang-orang yang beruntung...Fastabiqul khairat...


Thursday, November 4, 2010

'Celeng' baru... =)

Alhamdulillah, syukur ke hadrat ke Ilahi kerana akhirnya termakbul juga keinginan untuk memiliki sebuah 'celeng' baru. "Celeng tu ape?" Jawabnya mudah saja, 'celeng' adalah salah satu dari loghat terengganu yang bermaksud tabung syiling. Mungkin ramai yang pelik, kenapa di usia 20-an masih mahu memiliki tabung syiling? Its sound childish right? Sehari selembar benang, lama-lama jadi kain. Mungkin itu antara peribahasa yang paling mudah untuk memberi gambaran awal buat semua.

Sememangnya, ia adalah hasil didikan yang telah diterapkan sejak dari kecil oleh seorang ayah dan sangat memberi kesan pada anak-anaknya. Itulah yang berlaku, bukan sahaja pada diriku tapi juga pada kesemua adik-beradik yang lain. Tabiat yang terus kekal hingga kini walaupun ada yang sudah mencecah usia 30-an dan hampir kesemuanya sudah berkeluarga. Itulah hebatnya didikan seorang insan walaupun beliau sudah 11 tahun kembali ke pangkuan Ilahi. Keinginan untuk memiliki sebuah tabung syiling baru yang sudah sekian lama tersimpan akhirnya diberi keizinan oleh Allah untuk menjadi kenyataan hampir 2 minggu lepas. Dengan harga RM4.90, tabung syiling berbentuk peti surat telah ku beli di sebuah hypermarket di bandar Kuantan. Seperti biasa, warna hijau menjadi warna pilihan kerana ia adalah antara warna kegemaranku. Walapun telah hampir 2 minggu dibeli, baru semalam tabung tersebut dirasmikan lantaran masaku yang agak menghimpit kebelakangan ini.

Duit yang dipindah kan dari bekas telur

Kenapa baru nak menabung sekarang? Kenapa baru sekarang beli tabung syiling?

Tabiat menabung duit syiling sememangnya tidak pernah berhenti sejak dari kecil lagi. Tabung syiling persendirian telah pun ada di rumah. Namun, sejak menyambung pengajian ke menara gading, tidak ada satu pun tabung syiling yang dibawa bersama. Hampir setahun setengah di Darul Quran dan 2 tahun di pusat asasi, aku hanya menabung menggunakan bekas botol peanut butter. Perjalananku yang seterusnya yang kini sudah melangkah ke tahun 3, duit syilingku
hanya disimpan di dalam bekas dadih dan bekas telur yang aku terima sewaktu menghadiri majlis perkahwinan. Disebabkan kesemua bekas yang ada telah penuh, maka tertimbul lah keinginan untuk memiliki tabung syiling yang baru. Keinginan yang sememangnya telah lama tersimpan. Malah aku pernah berharap agar ada seseorang yang terdetik hati untuk menghadiahkan sebuah tabung syiling untukku sempena ulang tahun kelahiranku. Namun, tidak ada satu pun hadiah yang aku terima seperti yang ku inginkan. Beberapa bulan yang lepas, kakak ku menawarkan untuk menghadiahkan sebuah tabung syiling sewaktu kami sama-sama keluar membeli-belah. Ketika itu aku sangat tertarik pada sebuah tabung syiling berbentuk kartun. Tabung tu sangat comel, tetapi melihatkan harganya yang mencecah RM25, aku menolak tawaran kakakku walaupun dia sangat beria hendak membelikan tabung syiling tersebut untukku. Memikirkan harganya yang agak tidak berbaloi kerana bagi ku hajatku masih mampu dipenuhi tanpa perlu melabur sebanyak itu. Akhirnya, aku berkeras menolak tawaran kakakku kerana bagiku duit sebanyak itu lebih afdhal untuk dilaburkan untuk sesuatu yang lebih penting daripada memenuhi hajatku yang terlalu kecil. Satu lagi hasil didikan ayah yang terukir jelas di hati.

Kebanyakan orang mungkin tertanya-tanya, kumpul duit syiling? Sampai tua pun tak kaya lah jawabnya...


Mengumpul duit syiling untuk menjadi jutawan, sudah tentu agak mustahil. Namun, ianya tidak mustahil untuk menjadi kenyataan tapi sudah tentu akan memakan masa yang sangat lama dan mungkin sehingga ke anak cucu pun, simpanan masih belum mencecah 1 juta.


Ketika masih di bangku sekolah rendah, duit syiling tabungan ku adalah hasil dari lebihan wang saku untuk ke sekolah pemberian ayah. Bermula dari darjah 1, wang saku seharian hanya
berjumlah 30 sen dan kebanyakannya tidak pernah aku belanjakan kerana setiap pagi ma akan menyediakan bekal air dan makanan sebelum aku dan adik-beradikku ke sekolah. Wang saku tersebut bertambah kepada 50 sen sehari setelah aku memasuki darjah 3. Hanya sesekali wang tersebut dibelanjakan untuk membeli keropok goreng di kantin yang ketika itu hanya berharga 10 sen untuk 2 batang. Kos sara hidup yang semakin meningkat menyebabkan ayah menambah wang saku kepada RM1 sehari setelah aku memasuki darjah 5 dan ma akan menambah seringgit lagi sekiranya aku perlu menghadiri kelas tambahan di waktu petang. Setiap hari aku akan memastikan masih ada baki dari wang saku yang dibekalkan sekurang-kurangnya 20 sen supaya aku dapat menambah jumlah tabungan bagi setipa hari. Duit tabungan sewaktu di sekoah rendah hanya lah semata-mata untuk menambah simpanan di dalam bank. Langsung tidak pernah digunakan untuk membeli keperluan sendiri kerana segala keperluanku ditanggung oleh ayah.

Setelah ayah dijemput Ilahi di waktu usia ku mencecah 12 tahun, aku mula belajar
menggunakan wang tabungan sendiri untuk memenuhi keperluan ku bagi mengurangkan bebanan ma. Setelah memasuki sekolah menengah, hampir kesemua buku rujukan, buku latihan dan segala alat tulis, ku beli menggunakan wang simpanan sendiri. Sekalipun ma masih mampu untuk menanggung perbelanjaan ku, namun memikirkan ma yang perlu menanggung pengajian abang-abangku di menara gading yang sudah pastinya memerlukan perbelanjaan yang lebih besar, maka aku cuba sedaya mungkin untuk mengurangkan beban kewangan yang perlu ditanggung oleh ma. Di situlah aku melihat hikmah mengapa ayah sangat menyarankan kami untuk menabung. Ketika itu, aku juga menerima biasiswa dari kementerian pendidikan sebanyak RM300 setahun dan beberapa tahun selepas itu dinaikkan kepada RM600 setahun. Duit biasiswa tersebut hanya aku gunakan untuk membayar yuran peperiksaan PMR dan SPM. Selebihnya aku simpan seperti pesanan ma, "duit biasiswa simpan, lepas ni ada banyak benda lagi nak digunakan. Belanja sekolah biar ma tanggung."

Aku hanya menuruti pesanan ma yang pertama. Pesanan ma yang kedua aku abaikan kerana ketika itu wang simpanan yang telah aku kumpulkan selama ini sangat cukup untuk menampung perbelanjaan akademik ku tanpa perlu mengunakan wang biasiswa. Aku juga berusaha
menambah tabungan hasil dari wang saku harian yang diberikan ma sebanyak RM1 atau RM2. Hampir setiap hari duit tersebut tidak pernah digunakan dan aku hanya menyimpan wang tersebut ke dalam tabung setiap kali pulang dari sekolah. Setelah menamatkan alam persekolahan, wang simpanan ku di dalam akaun hampir mencecah RM4000 dan itulah wang yang aku bekalkan untuk menyambung pengajian ke pusat pengajian seterusnya. Begitulah sedikit cerita sewaktu di bangku sekolah.

Sesuatu yang kita lakukan setiap hari pasti akan menjadi suatu kebiasaan yang amat sukar untuk ditinggalkan. Itulah definisi paling tepat bagi menggambarkan sikap menabung yang ada pada diriku dan juga abang-abang serta kakakku. Setiap kali tiba musim cuti pengajian, setiap dari kami akan membawa pulang bersama botol-botol yang dipenuhi duit syiling untuk disimpan ke dalam bank. Di situlah kami saling bersaing menjadi orang yang paling banyak mengumpul duit syiling. Jika dulu duit yang kami kumpul adalah untuk menampung perbelanjaan sendiri, namun
setelah kesemuanya menamatkan pengajian di alam persekolahan, duit yang terkumpul, ma nasihatkan kami supaya dimasukkan ke akaun Tabung Haji. Hikmah didikan seorang ibu yang menyambung kelangsungan didikan seorang ayah, hari ini kesemua anak-anaknya sudah pun mendaftar untuk mengerjakan haji malah hampir kesemuanya sudah mempunyai jumlah simpanan yang cukup bagi menanggung perbelajaan menunaikan rukun Islam yang ke-5. Simpanan tersebut adalah hasil dari duit syiling yang dikumpul setiap hari dan ditambah dengan beberapa simpanan lain yang diusahakan sendiri. Pesan ma lagi, "duit dalam Tabung Haji tu, simpan je. Jangan buat keluar. Duit untuk kegunaan lain simpan dalam bank lain."

Kini kami sudah mendaftar haji satu keluarga, hanya mencari masa yang sesuai untuk menunaikannya. Ia adalah kali yang ketiga untuk ma, kali kedua untuk abang ku yang sulung dan kali pertama untuk 3 lagi dari kami termasuk aku. Hari ini, ma sudah boleh menarik nafas lega, kerana hanya aku satu-satunya yang masih belajar. Alhamdulillah pengajianku mendapat tanggungan sepenuhnya dari JPA. Duit biasiswa yang ku terima setiap 6 bulan berjumlah RM5000 digunakan untuk membayar yuran pengajian dan menanggung keperluan harian ku. Seperti biasa ma akan tetap berpesan, "duit biasiswa tu simpan untuk masa depan, banyak lagi nak guna lepas ni. Mana yang ma boleh tanggung, biar ma yang tanggung."

Alhamdulillah biasiswa yang diberi masih cukup untuk aku menyimpan, untuk yuran pengajian, belanja harian dan untuk maintainance, insurans dan cukai jalan kereta yang diberikan ma untuk kemudahan ku di sini. Malah aku masih mampu untuk membelikan hadiah untuk ma, abang-abang, dan kakak-kakak ipar, kakak serta abang ipar dan untuk anak-anak saudarku yang sangat comel. Aku mempunyai target yang tetap untuk simpanan dari wang biasiswa dan Alhamdulillah hari ini simpanan ku bukan setakat mencapai target malah sudah melebihi dari target. Kata ma,
"simpan duit bukan untuk jadi kedekut. Banyakkan bersedekah, nanti Allah ganti dengan lebih banyak. Yang penting jangan belanja untuk perkara yang tidak perlu."

Bekas dadih yang menjadi tabung duit sebelum tabung baru dibeli.

Sikit-sikit lama-lama jadi bukit.